Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya

Sejarah Pondok Pesantren Suryalaya

Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan.

Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT dan juga atas restu dari guru beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat. Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan modal awal sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya = Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat matahari terbit.

Pada awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi guru beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan dorongan juga bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin
Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan.

Wajah Suryalaya Tempo Doeloe.
Latar belakangMesjid Nurul Asror dan Menaranya
Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan orang wakil talqin, dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH.

Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tahun 1956 di usia yang ke 120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidannya dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akbrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa awal kepemimpinan Abah Anom juga banyak mengalami kendala yang cukup mengganggu, di antaranya pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII. Juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu pemerintah untuk menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali kembali ke jalan yang benar menurut agama Islam dan Negara.

Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar
Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqin dan para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai dengan tuntutan zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Mentri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri (Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu tugas Abah Anom dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mesjid Nurul Asror
Setelah itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.
Pada masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan aktif dalam kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh baik dari presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian eksistensi atau keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan semakin dibutuhkan oleh segenap umat manusia.

Riwayat Singkat Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad

Riwayat Singkat
Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad

Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad atau yang biasa di panggil Abah Sepuh, lahir tahun 1836 di kampung Cicalung Kecamatan Tarikolot Kabupaten Sumedang (sekarang, Kp Cicalung Desa Tanjungsari Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya) dari pasangan Rd Nura Pradja (Eyang Upas, yang kemudian bernama Nur Muhammad) dengan Ibu Emah. Beliau dibesarkan oleh uwaknya yang dikenal sebagai Kyai Jangkung. Sejak kecil, beliau sudah gemar mengaji/mesantren dan membantu orang tua dan keluarga, serta suka memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Setelah menyelesaikan pendidikan agama dalam bidang akidah, fiqih, dan lain-lain di tempat orang tuanya. Di Pesantren Sukamiskin Bandung beliau mendalami fiqih, nahwu, dan sorof. Beliau kemudian mendarmabaktikan ilmunya di tengah-tengah masyarakat dengan mendirikan pengajian di daerahnya dan mendirikan pengajian di daerah Tundagan Tasikmalaya. Beliau kemudian menunaikan ibadah Haji yang pertama.


Walaupun Syaikh Abdullah Mubarok telah menjadi pimpinan dan mengasuh sebuah pengajian pada tahun 1890 di Tundagan Tasikmalaya, beliau masih terus belajar dan mendalami ilmu Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah kepada Mama Guru Agung Syaikh Tolhah bin Talabudin di daerah Trusmi dan Kalisapu Cirebon. Setelah sekian lamanya pulang-pergi antara Tasikmalaya-Cirebon untuk memperdalam ilmu tarekat, akhirnya beliau memperoleh kepercayaan dan diangkat menjadi Wakil Talqin. Sekitar tahun 1908 dalam usia 72 tahun, beliau diangkat secara resmi (khirqoh) sebagai guru dan pemimpin pengamalan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah oleh Syaikh Tolhah. Beliau juga memperoleh bimbingan ilmu tarekat dan (bertabaruk) kepada Syaikh Kholil Bangkalan Madura dan bahkan memperoleh ijazah khusus Shalawat Bani Hasyim.
Karena situasi dan kondisi di daerah Tundagan kurang menguntungkan dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, beliau beserta keluarga pindah ke Rancameong Gedebage dan tinggal di rumah H. Tirta untuk sementara. Selanjutnya beliau pindah ke Kampung Cisero (sekarang Cisirna) jarak 2,5 km dari Dusun Godebag dan tinggal di rumah ayahnya. Pada tahun 1904 dari Cisero Abah Sepuh beserta keluarganya pindah ke Dusun Godebag.


Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad
( Abah Sepuh )

Gapura menuju Maqam Abah Sepuh


Senja di Mesjid Nurul Asror.

Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad kemudian dan bermukim dan memimpin Pondok Pesantren Suryalaya sampai akhir hayatnya. Beliau memperoleh gelar Syaikh Mursyid. Dalam perjalanan sejarahnya, pada tahun 1950, Abah Sepuh hijrah dan bermukim di Gg Jaksa No 13 Bandung. Sekembalinya dari Bandung, beliau bermukim di rumah H Sobari Jl Cihideung No 39 Tasikmlaya dari tahun 1950-1956 sampai beliau wafat.

Setelah menjalani masa yang cukup panjang, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad-sebagai Guru
Mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dengan segala keberhasilan yang dicapainya melalui perjuangan yang tidak ringan, dipanggil Al Khaliq kembali ke Rahmatullah pada tangal 25 Januari 1956, dalam usia 120 tahun. Beliau meniggalkan sebuah lembaga Pondok Pesantren Suryalaya yang sangat berharga bagi pembinaan umat manusia, agar senantiasa dapat melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mewariskan sebuah wasiat berupa “TANBIH” yang sampai saat sekarang dijadikan pedoman bagi seluruh Ikhwan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya dalam hidup dan kehidupannya.

Pemimpin Ponpes Suryalaya Abah Anom Wafat


Karawang - Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'un. Keluarga besar pondok pesantren (Ponpes) Suryalaya di Tasikmalaya, Jawa Barat, berduka. Sebab pemimpin mereka, Shohibulwafa Tajul Arifin alias Abah Anom, menghadap ke Sang Pencipta.

"Telah berpulang ke Rahmatullah Hadrotu Syaikh KH. A. Shohibulwafa Tajul Arifin r.a. , pada hari Senin, 5 September 2011 / 6 Syawal 1432 H pukul 11.50 di Rumah Sakit TMC Tasikmalaya," demikian yang tertulis di website Suryalaya.org, Senin (5/9/2011).

Dalam website tersebut tertulis, Abah Anom dilahirkan di Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Almarhum adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj Juhriyah.

Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom sejak 1956, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.

Di samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah, Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah kegamaan, Perguruan Tinggi (IAILM) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah.

Pondok Remaja Inabah populer sebagai tempat merehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.

Hotel Di Tasikmalaya

Hotel Asri
Hotel Asri Tasikmalaya. Sebelas-dua belas nama dengan bentuk huniannya. Hotel yang menjadi satu bangunan dengan Mal Asia Tasikmalaya patut disinggahi jika anda tengah berada di kota Tasikmalaya Jawa Barat. Posisinya ada di lantai paling atas Mal Asia. Dengan hunian dua lantai, hotel ini selain sebagai penginapan memberikan cukup kemudahan dalam mencari hiburan ala mal-mal besar.
asri03
Akses masuk hotel bisa dengan mudah dicapai. Saat jam buka mal cukup melewati berbagai toko di mal dan langsung naik melalui eskalator atau juga lift menuju lantai paling atas. Sedang diluar jam buka mal penginap langsung menggunakan akses belakang lahan parkir mal untuk mencapai lantai teratas menuju lobi.
asri18
Berada di sisi kanan dari lift akses menuju front office mirip-mirip saat kita hendak masuk ke sebuah gedung sinema 21 di mal. Soal 21 sendiri kabarnya baru nanti 2010 teater ini akan muncul di mal Asia.
Dengan rate di angka 375 ribuan untuk versi standar dan 700-an untuk ruang sekelas VIP penginap sudah disuguhi ke-asrian hotel berupa taman di dalam hotel yang menghadap ke masing-masing kamar. Tak lupa kerikil di taman yang berfungsi juga untuk relaksasi. Tak ketinggalan ruang makan sarapan standar plus kolam renang yang bersih.


Hotel Crown (3 star)

Hotel Crown berjalan seiring dengan perkembangan jaman, bisnis perhotelan di Indonesia juga maju pesat. Jejaring perhotelan raksasa dunia banyak mempercayakan Indonesia sebagai lokasi pengembangan bisnis mereka.Di seluruh penjuru Indonesia khususnya di kota-kota besar tidak lagi sulit mencari pilihan hotel berbintang. Tinggal anda yang menentukan hotel mana yang sesuai dengan keperluan anda, apakah untuk melakukan perjalanan bisnis, kepentingan korporat, liburan keluarga atau berbulan madu romantis.
Fasilitas hotel-hotel berbintang Indonesia juga semakin ketat berkompetisi dalam mengakomodasi tiap kebutuhan dan keinginan kustomer. Dari fasilitas MICE, akses wi-fi, ball room. Juga mengunggulkan keunikan dan pesona tersendiri tanpa meninggalakan kecanggihan serta profesionalitas pelayanan yang berbungkus senyuman ramah. Lokasi mereka yang biasanya terletak di area strategis, hingga mempermudah anda menjangkau pusat perkantoran, area komersil, niaga serta hiburan.
Nuansa yang ditawarkan pun semakin beragam dan menarik seperti nuansa Mediterania, Timur Tengah, gaya klasik Eropa, paduan unsur modern dan tradisional, gaya minimalis, bahkan yang funky dan unik pun dapat anda dapatkan.
Voucher Hotel murah merupakan solusi untuk dapat tetap menikmati fasilitas Hotel di Tasikmalaya dengan harga terjangkau. Khususnya bagi pasangan muda yang ingin berbulan madu disalah satu Hotel di Jawa Barat, dapat menghubungi Tasikmalaya travel untuk memperoleh pengalaman indah yang tak terlupakan.
Tak hanya untuk Akomodasi di Tasikmalaya dan Penginapan di Tasikmalaya, tapi juga berbagai kota di seluruh Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Batam, Ambon, Semarang, Bandung dan semua kota di Indonesia.

Mandalawangi Hotel - Tasikmalaya

Hotell: Mandalawangi Hotel »
Country: Indonesia
City: Tasikmalaya
Area: Asia
Rating: This hotel has 2-stars
Address:
RE. Martadinata 177



See prices for this hotel »
Need help with the booking? »
Hotel Mandalawangi Hotel
 in Tasikmalaya, Indonesia
See more pictures and info »

Description of hotel Mandalawangi Hotel - Indonesia Tasikmalaya

Discover all that Tasikmalaya has to offer with Mandalawangi Hotel as a base. The Mandalawangi Hotel boasts a convenient location with modern amenities in every guestroom and superb service. Each guestroom is tastefully appointed with refrigerator, shower, air conditioning, satellite/cable TV. This Tasikmalaya accommodation contains all of the facilities and conveniences you would expect from a hotel in its class. For a more enjoyable stay, guests can take advantage of a variety of recreational facilities, including garden. Along with its convenient location in Tasikmalaya, the hotel also offers a wide range of services and facilities to the guests. The hotel provides a warm and welcoming service of international standard. To make a reservation at the Mandalawangi Hotel Tasikmalaya with our secure online booking form, please choose your preffered period of stay.
Proceed and book this hotel »


Grage Ramayana Hotel

Grage Ramayana Hotel 
Grage Ramayana Yogyakarta is the newest hotel in Grage Group that conveniently located in the heart of Yogyakarta. Has been designed in modern minimalist atchitectures with the cozy atmosphere and also the excellent services will make Grage Ramayana Hotel as your second home.

Grage Ramayana Hotel
Grage Ramayana conveniently located in the heart of Yogyakarta, within walking distance to the culture center of Yogyakarata called Malioboro region, 10 minutes from Yogyakarta Palace, 5 minutes from Tugu Station and 20 minutes from Adisucipto International Airport.
Room

Room

Cosy rooms at the Grage are fitted with cable TV and a tea/coffee maker. Each room has a private bathroom with shower facilities.

Kota Tasik Adalah Kota Segudang Artis

Kota Tasik Adalah Kota Segudang Artis
 

Dara 'The Virgin'
Selain terkenal sebagai kota penghasil kerajinan anyaman terbaik di Indonesia, Tasikmalaya juga terkenal sebagai penghasil artis. Ya, banyak yang beranggapan bahwa kota ini adalah gudangnya artis. Tidak salah. Karena kenyataannya memang begitu.


Susi Susanti
Bukan satu atau dua artis yang lahir di Tasikmalaya, tapi puluhan. Sebut saja penyanyi Eddy Kribo, Harry Tasman, dan Deddy Dorres yang sekaligus merangkap sebagai pencipta lagu-lagu Almarhumah Nike Ardila. Selain itu ada juga Indra L Brugman yang namanya mulai melesat tinggi setelah membintangi sinetron Jinny Oh Jinny. Bintang remaja Dinda Kirana yang bermain di sinetron Kepongpong. Dan yang saat ini tengah naik daun, si cantik Dara duo The Virgin.Selain itu ada juga Pebulu Tangkis Internasional Susi Susanti. Novelis-novelis ternama seperti Zelan Sidik yang novel The Track-nya diangkat ke layar lebar, Iwok Abqary penulis novel TiKiL, Eka Kurniawan penulis Cantik Itu Luka,


Zelan Sidik
dan M Irfan Hidayatullah penulis novel Dari Ruang Tunggu.


Evie Tamala
Sedang di bidang Dangdut, sebut saja beberapa penyanyi ngetop seperti Rhoma Irama yang dinobatkan sebagai Raja Dangdut,



Itje Trisnawati
Evie Tamala yang terkenal dengan lagu Selamat Malam, Itje Trisnawati yang melejit lewat tembang Duh Engkang dan Secangkir Madu Merah, Cucu Cahyati, Caca Handika, Vetty Vera, dan tentu saja Alam yang sukses menggebrak Indonesia dengan lagu M’bah Dukun.


Indra L Brugman

Headline
Cucu Cahyati - IST
Penyanyi dangdut asal Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
 
Tanna Keisha
Personil KEISHA BAND Asal Tasikmalaya

 Aura Kasih
Penyanyi kelahiran Tasikmalaya ini dikenal sebagai penyanyi sexy

DICKY CHANDRA


Raden Diky Candranegara (lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 12 Mei 1974; umur 36 tahun) atau yang lebih dikenal dengan Diky Candra adalah seorang pria Indonesia yang berprofesi sebagai pelawak, MC, sutradara, penulis naskah dan aktor dalam dunia hiburan di tanah air. Ia adalah wakil bupati Garut untuk periode 2009-2013.


Connie Sutedja Ngotot Penjarakan Si Penipu
Connie Sutejadja
Artis kelahiran Tasikmalaya, 10 November 1944

RHOMA IRAMA
Quote:

Rhoma Irama
Raden Oma Irama yang populer dengan nama Rhoma Irama (lahir di Tasikmalaya, 11 Desember 1946; umur 64 tahun) adalah musisi dangdut dari Indonesia yang berjulukan "Raja Dangdut".

VETY VERA


Vety Vera (lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 23 November 1973), adalah penyanyi dangdut yang terkenal berkat lagu "Sedang-Sedang Saja" di tahun 1991.
Sebelum dikenal berkat lagu "Sedang-Sedang Saja" di tahun 1991, Vety telah mengeluarkan album Si Ujang. Namun yang melambungkan namanya adalah album kedua yaitu Sedang-sedang Saja. Album ini sukses membawanya meraih HDX Award dan pertunjukan keliling ke lima negara, Amerika Serikat (AS), Belanda, Inggris, Prancis dan Hongaria, pada 1995.
Pada ajang penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2006 yang berlangsung tanggal 20 Desember 2006 di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Jakarta, Vety meraih penghargaan untuk Artis Solo Wanita Terbaik serta lagu "Suratan Cintaku" meraih Penata Musik Terbaik dan dinominasikan sebagai Lagu Dangdut Terbaik.



ALAM
Alam adalah penyanyi dangdut yang sangat booming pada tahun 2002 lewat lagu "Mbah Dukun" dan "Sabu-Sabu". Penampilannya sangat nyentrik dan di juluki Michael Jackson Dangdut. Dia adalah adik kandung penyanyi Vety Vera.

CACA HANDIKA
Caca Handika adalah penyanyi dangdut yang populer lewat lagunya "mandi Kembang", "Angka Satu", dan " Undangan Palsu".




Tempat - Tempat Shopping Di Tasikmalaya

Yogya Toserba Mitra Batik



Salah satu tempat belanja yang strategis dan nyaman yang terletak di Jl.Mitra Batik/
Alamat : Jl. RE Martadinata No. 81-83
Telpon : (0265) 327863



Asia Plaza


Salah satu tempat belanja yang strategis dan nyaman yang terletak di Jl.HZ. Mustofa
Keterangan:
Jl. HZ Mustofa No. 326 Tasikmalaya
Phone : 0265.2352241


Yogya Toserba Hazet


Agung Toserba Hazet


Samudra Toserba Hazet





Asia Toserba Cihideng



Asia Toserba
Asia Toserba Tasikmalaya Lt. 2 Jl. HZ. Mustofa No. 72 - 76
Tasikmalaya

Telpon: 0265 - 329436



Mayasari Plaza

 
Jl Pasar Wetan Mayasari Plaza Bl A/2001, Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia






Matahari Departemen Store





Galeri Indosat





 Plaza Telkom





Tasik Indah Plaza














Komplek Ruko Tasik Indah Plaza jl. KHZ. Musthafa No. 345 Tasikmalaya. Salah satu toko di komlek Tasik Indah Plaza itu adalah Asia Mini Mart. Orang lebih mengenalnya adalah Asia TIP. Coba lihat sebelah kiri gambar...! Asia Mini Mart... gambar ini diambil pada tanggal 05/08/2009 jam 07.30 wib. Suasananya masih sepi. Can aya sasaha, karena isuk keneh. Asia TIP asupna karyawan jam 08.30 buka toko jam 09.00.
Asia Mini Mart tokona ada di paling depan, terlihat jelah apabila kita melewati jalan KHZ. Musthafa. Bagi yang mau belanja terburu-buru, yang mau cepat dan praktis, mampir saja ke Asia Mini Mart. Lancar deh...




Kerajinan Tangan Rajapolah


Bila Anda ingin berbelanja produk kerajinan tangan lokal berkualitas internasional, maka Rajapolah adalah salah satu tempat yang harus Anda kunjungi! Desain yang unik, ditambah harga yang bervariasi dan relatif terjangkau, menjadikan tempat ini semacam surga belanja bagi pengunjungnya. Pusat kerajinan ini menjual hasil kerajinan tangan yang beragam, seperti payung, sandal, lampu hias, dan pernak-pernik lainnya yang lengkap terpajang di sepanjang jalan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun yang melihatnya.
Barang–barang hasil kerajinan tangan yang dijual di objek wisata ini memanfaatkan bahan dasar berupa serat alami, seperti bambu, pandan, eceng gondok, dan serat lainnya yang mempunyai sifat ramah lingkungan, yang menjadikannya berbeda dari kerajinan tangan lainnya. Jadi, tunggu apa lagi? Segeralah berkunjung dan ajak seluruh keluarga Anda untuk berbelanja di sini.
Lokasi:  Rajapolah, Tasikmalaya







Situs ranca ekek Bandung( Candi Bojongmenje )

Situs Rancaekek merupakan komplek purbakala yang diduga merupakan peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang terletak di Dusun Bojongmenje, Kalurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat. Situs ini terletak di dekat kawasan industri sehingga keberadaannya terancam.
Bersama-sama dengan Candi Cangkuang dan Situs Percandian Batujaya dan Situs Cibuaya, situs ini merupakan satu dari sedikit bangunan peninggalan masa Hindu-Buddha yang masih bisa dilacak di Jawa Barat
Kabupaten Bandung memiliki situs purbakala dalam bentuk candi ? Tidak semua orang tahu tentang hal ini. Umumnya candi-candi yang ada di pulau Jawa ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Belakangan, baru ditemui pula beberapa candi di wilayah Jawa Barat seperti apa yang terdapat di Situs Batujaya (Karawang) dan Candi Cangkuang (Garut). Baru pada bulan Agustus 2002, secara tidak sengaja seorang warga di Kampung Bojongmenje, Desa Cangkuang, Kecamatan Rancaekek yang hendak mencari tanah guna menguruk gang yang tidak rata tanahnya, menemukan sebuah rongga tanah yang di sekelilingnya terdapat tumpukan batu yang tertata rapi. Penemuan tumpukan batu tersebut akhirnya diputuskan sebagai bagian dari suatu candi oleh para arkeologi, semenjak saat itu dilokasi tersebut dilakukan ekskavasi untuk penemuan dan penelitian lebih lanjut.

Dugaan awal oleh para ahli arkeologi Candi Bojongmenje merupakan peninggalan dari abad ke 7. Bila hal itu benar, maka Candi Bojongmenje memiliki usia yang jauh lebih muda dibandingkan Candi di situs Batujaya yang merupakan peninggalan abad ke 2, namun memiliki umur hampir yang sama dengan Candi Dieng - Wonosobo. Bahkan menurut Timbul Haryono, umur Candi Bojongmenje bisa jadi lebih tua dibandingkan dengan Candi Dieng. Sambil menunjuk sejumlah bebatuan yang ditemukan oleh tim ekskavasi, Timbul Haryono mengungkapkan, indikasinya adalah tidak ditemukannya halfround atau bebatuan dengan profil yang setengah lingkaran. Tapi yang ada hanyalah bebatuan dengan profil segi panjang dan bingkai padma.
"Dari style, teknik pembuatan candi, dan ukuran bebatuan candinya cenderung mencerminkan sebagai candi tua seperti Dieng di Jawa Tengah," ujar Timbul.
Dikemukakannya, Candi Bojongmenje yang diduga luasnya sekitar enam kali enam meter ini merupakan petunjuk di daerah tersebut pernah ada perkampungan masyarakat tertentu. Artinya, masyarakat tersebut merupakan bagian kecil dari sebuah struktur kerajaan pusat yang besar yang ditandai antara lain dengan berdirinya candi-candi berukuran besar sebagai tempat suci ibadahnya.
Karena itulah, diduga kuat selain di Bojongmenje, ada pula candi-candi sejenis yang didirikan oleh masyarakat tersebut sebagai tempat ibadahnya. Indikasi tersebut kian kuat dengan adanya aliran sungai Cimande dan sungai Citarik yang letaknya tak jauh dari lokasi Candi Bojongmenje. Bahkan ada informasi, sekitar dua kilometer dari lokasi Candi Bojongmenje ada pula mata air panas.
Menyinggung soal adanya batu ambang dengan corak dua lobang, Timbul memperkirakan batu ambang tersebut merupakan bagian dari relung candi. Begitu pula batu ambang dengan corak satu lobang, disebutkannya sebagai pecahan dari relung candi. Adapun soal temuan berupa batu bata, Timbul menilai, batu bata tersebut berusia tua dan merupakan bagian dari dalam "tubuh" candi yang bebatuannya tak terstruktur secara baik.
Dengan penemuan Candi Bojongmenje ini bisa jadi akan mengubah fakta sejarah. Fakta tersebut antara lain tentang arah penyebaran budaya di Pulau Jawa dari timur ke barat, menjadi sebaliknya yaitu dari barat ke timur. Hal itu berdasarkan temuan-temuan arkeologi yang menunjukkan bahwa Candi Bojongmenje lebih tua dibandingkan candi-candi di Jawa Tengah dan Jawa Timur atau paling tidak setara dengan candi tua di Dieng Jawa Tengah.
Penemuan Candi Bojongmenje tentu sangat membanggakan urang Sunda yang selama ini perannya dalam panggung sejarah percandian kurang terperhatikan. Bernert Kempers seorang pakar arkeologi dari Belanda juga hanya membagi masa klasik di Jawa menjadi masa klasik Jawa Tengah dan masa klasik Jawa Timur. Berdasarkan pembabakan itu, dikatakan bahwa masa klasik di Indonesia terbagi menjadi klasik tua untuk periode Jawa Tengah dan masa klasik muda untuk periode Jawa Timur.
Pendapat itu perlu ditinjau ulang karena tidak menyebut peran orang Sunda dalam sejarah bangnunan percandian. Padahal, bukti-bukti epigrafis menunjukkan bahwa di wilayah Tatar Sunda telah ada pusat kerajaan Hindu yaitu Tarumanagara. Di samping itu, perkembangan penelitian arkeologi di wilayah Tatar Sunda mulai muncul penemuan candi. Oleh karena itu, penemuan Candi Bojongmenje diharapkan akan membuka tabir percandian di Tatar Sunda menjadi lebih terang.
Melongok lokasi dimana Candi Bojongmenje berada, memang cukup memperhatikan. Untuk menuju lokasi candi ini mesti melewati sebuah gang sempit dengan tembok pagar pabrik yang menjulang tinggi. Tempat ditemukannya candi ini sendiri menempel dengan tembok pagar pembatas pabrik. Sehingga masih terdapat kendala jika ingin menggali lebih ke utara lagi, yang hal tersebut berarti butuh melakukan penggalian dihalaman area pabrik. Konon harga tanah disekitar candi ikut mengalami kenaikan hingga dua kali lipat. Nampaknya proses ekskavasi dan pembangunan kembali bangungan candi bakal masih jauh dari selesai

Bojongmenje 1.jpg 
Bojongmenje 2.jpg 
Bojongmenje - pertama ditemukan.jpg 
Sumber dari Wikipedia

Syekh Yusuf Tuanta Salamaka

Makam Syekh Ini Ada Lima

Cerita sejarah yang berbeda-beda dengan keyakinan yang berbeda pula membuat keberadaan makam Syekh ini dipertanyakan. Bagaimana tidak? Makam Syekh ini ada lima di berbeda tempat bahkan hingga ke luar negeri. Dia adalah Syekh Yusuf Tuanta Salamaka yang terkenal sebagai wali, ulama sufi yang berhasil dalam menyebarkan agama Islam hingga daratan Afrika. Di negeri tersebut pula, dikabarkan bahwa Syekh Yusuf telah menghembuskan nafas terakhirnya. Putra kelahiran Sulawesi Selatan itu berada di Afrika karena diasingkan oleh pemerintah kompeni di Batavia.
Satu makam berada di Afrika Selatan, sementara ada juga di Makassar yang menurut sang juru kunci makam meyakini bahwa disitulah beliau telah meninggal yang tepatnya pada 23 Mei 1699 di usianya 73 tahun. Berdasarkan dari catatan juru kunci makam, berita meninggalnya Syekh Yusuf beredar luas, termasuk ke tanah Goa (sekarang Gowa). Pihak kerajaan dan bangsawan Gowa pun memulangkan jenazah wali Allah tersebut.
Juru Kunci menambahkan bahwa proses pemulangan jenazah sempat terhalang karena tidak diizinkan oleh pemerintah Kompeni. “Masih ada ketakutan dari penjajah akan munculnya semangat perlawanan dari Nusantara jika dipulangkan,” ujar Rahmat, sang juru kunci makam Syekh Yusuf. Akhirnya, jenazah bisa dipulangkan setelah Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil berhasil melakukan negosiasi dengan pemerintah Kompeni. Namun, keberhasilan tersebut didapat setelah enam tahun kemudian setelah Syekh Yusuf meninggal. Itupun, konon ada syarat yang harus dipenuhi yakni yang bisa kembali ke Nusantara adalah anak-anaknya yang berusia lima tahun ke bawah.
Dalam perjalanan pulang itulah, jenazah Syekh Yusuf sempat disinggahkan di beberapa tempat, seperti Sri Lanka, Banten, Sumenep (Madura), terakhir di Makassar. Daerah-daerah itu dikenal banyak tinggal murid dan pengikut tarekat Khalwatiyah. “Di setiap daerah yang disinggahi, maka para pengikut dan murid berinisiatif membuat makam sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan. Makanya makam Syekh Yusuf itu diyakini di beberapa tempat,” jelas Rahmat.
Ia juga meyakinkan, bahwa jasad yang asli itu berada di Makassar. Sedangkan makam di Sri Lanka, itu berupa jubah dan sorban, di Banten, yang dimakamkan adalah tasbih, dan makam di Sumenep, juga berupa jubah dan sorban. “Kalau di Afrika itu ditegaskan sebagai makam awalnya sebelum dipindahkan ke Makassar,” tambahnya. Sebagai pelabuhan terakhir, Syekh Yusuf kini dimakamkan di Lakiung, atau saat ini lebih dikenal dengan Ko’bang, yang berada di Jalan Syekh Yusuf, perbatasan Gowa dan Makassar.
Saat ini, makam wali besar Sulawesi Selatan ini sungguh sangat dihormati, dihargai, dan dijaga keberadaanya. Setiap harinya, makam tersebut ramai dikunjungi masyarakat, yang berasal dari penjuru dunia. Menurut Rahmat, pengunjung pada hari normal, tidak kurang dari 20 orang setiap harinya. “Tapi setelah lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, para pengunjung paling ramai. Pernah mencapai lebih dari 1000 orang,” kata dia. Kedatangan warga tersebut adalah untuk berziarah, semata-mata mengharap keramat dari almarhum Syekh Yusuf. Apalagi jika mereka meniatkan sesuatu serta ada keinginan dan harapan yang tercapai, seperti nazar.
Dalam sejarahnya, Syekh Yusuf merupakan pendiri ajaran tarekat khalwatiyah. Kemudian, Syekh Yusuf juga berhasil mendapat dua penghargaan sebagai pahlawan nasional dari Indonesia pada 9 November 1996 dan dari pemerintah Afrika Selatan pada 23 September 2005. “Afrika Selatan memang sangat berterima kasih pada Syekh Yusuf karena ajaran Islam di sana yang tidak membedakan warna kulit. Dia di sana bahkan digelar As-salam,” kata dia lagi.
Makam Syekh Yusuf berada dalam sebuah kompleks. Untuk menandai makam tersebut, dibangun sebuah kubah, dikenal dengan Ko’bang, berukuran 11 x 11 meter persegi. Dalam kubah tersebut terdapat 11 makam termasuk Syekh Yusuf. Sedangkan lainnya adalah istri dari Sultan Gowa, I Sitti Daeng Nisanga, yang berada di sisi kiri dan Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil, yang berperan besar memulangkan jenazah Syekh Yusuf. Sembilan makam lainnya adalah pengikut dan kerabat dari Syekh Yusuf, yang masing-masing bernama Mappadulung Daeng Mattimung, Karaengta Panaikang, Syekh Abd. Basyir, Tuang Loeta, I Lakiung, Tanri Daeng, Tanri Uleng, Tanri Abang dan Daeng Ritasammeng

Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad


Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad

Riwayat Singkat Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad (ABAH SEPUH)
  1. Lahir sekitar tahun1836 di Kampung Cicalung, Desa Bojongbentang Kecamatan Pagarageung, Kabupaten Tasikmalaya.
  2. Ayahnya bernama Rd. Nur Muhammad alias Nurpraja alias Eyang Upas. Ibunya bernama Ny. Emah
  3. Mengikuti pendidikan agama pertama kali di Pesantren Sukamiskin (Kabupaten Bandung). Setelah mendirikan Pesantren Tundangan dekat Kota Tasikmalaya kemudian melanjutkan menambah ilmu, yaitu memperdalam ilmu Tasawuf dan Tariqah kepada Syekh Tolhah di Begong, Kalisapu dan Trusmi di Cirebon selama 23 tahun.
  4. Berkunjung ke Syekh Kholil di Madura sambil menambah ilmu atas anjuran syekh Tolhah.
  5. Mendirikan pesantren Godebag yang kemudian diganti menjadi nama Suryalaya tahun 1905 atas saran Syekh Tolhah.
  6. Diangkat sebagai Wakil Syekh Tolhah kalisapu Cirebon, kemudian ditetapkan sebagai penggantinya sekitar tahun 1900. Pelantikan dilaksanakan di rumah Syekh Tolhah di Trusmi (dekat dengan Pangeran Trusmi putera Sunan Gunungjati).
  7. Tahun 1935 Syekh Mubarok secara definitif sebagai Khalifah TQN di Jawa Barat berkedudukan di Suryalaya-Tasikmalaya
  8. Beberapa kali pergi Haji dan pernah bermukim di Mekah sekalipun tidak lama.
  9. Memilki keahlian dalam bidang pertanian, pengarian dan perkikanan di luar ilmu agama. Irigasi pedesaan sepanjang 2 km berhasil dibangun.
  10. Menjadi guru, pembimbing dan penasehat Bupati Tasikmalaya, Ciamis dan Bandung tahun 1910 hingga tahun 1930 serta para pejabat tinggi pemerintah dan perwira TNI pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 dan berlanjut hingga tahun 1956.
  11. Berhasil mengusahakan pembuburan Negara Pesundan dan Republik Indonesia serikat tahun 1950 serta mengembalikan Pemerintah Propinsi Jawa Barat Republik Indonesia dengan dipimpin Gubernur Sewaka.
AMALAN WALI ALLAH
AMALAN WALI ALLAH MURSYID KAMMIL MUKAMMIL
“SYEIKH ABDULLOH MUBAROK BIN NUR MUHAMMAD”

Wirid sehari-hari sholat Rawatib dan sholat sunat lainnya yang di amalkan Wali Allah Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh)/Alm.) di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Beliau begitu luas ilmunya, baik budi pekertinya, sederhana hidupnya dan sangat tekun ibadahnya, diantaranya :
  1. Setiap akan sholat fardlu, beliau selalu sholat Rawatib, yaitu sholat sunat yang mengikuti sholat fardlu lima waktu. Banyaknya ada yang 4 raka’at dan ada pula yang 2 roka’at. Kecuali sholat Ashar dan Shubuh tidak ada ba’diyahnya. Sebelum sholat Rawatib jika masuk masjid, sholat sunat tahiyatul masjid dahulu. Kecuali kalau sholat sunatnya di rumah / di madrasah, beliau selalu sholat Syukrul Wudlu.
  2. Sesudah terbit matahari satu jengkal tingginya kurang lebih jam 06.00 WIB (isyroq), beliau melaksanakan sholat Isyroq, sholat Isti’adzah dan sholat Istikhoroh.
  3. Dari mulai naik matahari kurang lebih pukul 07.00, sembahyang Dhuha yang waktunya sampai pukul 11.00 sebanyak 8 rokaat.
  4. Wirid ba’da maghrib :
    1. Selesai sholat fardlu Maghrib terus awrad (wirid) dzikir Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah sedikitnya 165 kali.
    2. Dilanjutkan dengan wirid Khotaman Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah (setiap malam hari). Lihat kitab “Uquudul jumaan”
    3. Dan kemudian sholat sunat sampai waktu ‘Isya tiba.
Sholat-sholat sunnat antara Maghrib – Isya :
  • § Shalat sunnat ba’da Maghrib…………………………………………..dua raka’at
  • § Shalat sunnat Awwabin (khusus awwabin saja)……. ………….. dua raka’at
  • § Shalat sunnat Awwabin serta Hifdhil Iman………………………. dua raka’at
  • § Shalat sunnat Awwabin serta Istikharah…………………………. dua raka’at
  • § Shalat sunnat Hajat…………………………………………………….. dua raka’at
  • § Shalat sunnat Birrulwaalidaini……………………………………… dua raka’at
  • § Shalat sunnat Halala-Hajati (Saefi)………………………………… dua raka’at
  • § Shalat sunnat Lidafil Bala’i…………………………………………… dua raka’at
  • § Shalat sunnat Ikhlas…………………………………………………… dua raka’at
  • § Shalat sunnat Muthlaq……………………………………………….. dua raka’at
5. Melaksanakan Sholat-sholat sunat di malam hari (Qiyamul Lail):
a.Sholat Tahiyatul masjid kalau masuk masjid dan Syukrul Wudlu, kalau belum kering anggota wudlu dari air wudlunya.
b.Sholat Hajat, karena sholat tersebut lebih baik dilaksanakan pada waktu larut malam.
c.Sholat Tahajjud, sholat utama yang paling utama di malam hari setelah sholat fardlu.
d.Sholat Tasbih, kegiatan sholat malam yang sangat di anjurkan Nabi saw.
e.Sholat witir
d.Dzikir sebanyak-banyaknya paling sedikit 165, sampai terbit fajar.
  1. Riyadloh
    1. 40 malam mandi 40x tiap-tiap malam
    2. 40 melek / tidak tidur
    3. 40 hari berpuasa
    4. 40 hari tidak makan nasi
    5. 40 hari tidak makan garam
    6. 40 hari tidak minum
    7. Dan lain-lain
WASIAT WALI ALLAH
(TANBIH)
WALI ALLAH MURSYID KAMMIL MUKAMMIL
“SYEKH ABDULLOH MUBAROK BIN NUR MUHAMMAD”
TANBIH ini dari Syaekhuna Almarhum Syekh ABDULLAH MUBAROK bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kejembaran Rahmaniyah.
Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun waita, tua maupun muda:
“Semoga ada dalam kebahagiaan, dikarunia Allah SWT kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemudian dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil, dan makmur dhohir maupun  bathin.
Pun kami tempat orang bertanya tentang  Thoreqat Qoodiriyyah Naqsyabandiyah, menghaturkan dengan  tulus ikhlas, wasiat kepada segenap murid-murid; berhati-hatilah dalam segala hal, jangan sampai berbuat yang berhalangan dengan Peraturan AGAMA dan NEGARA.
Taatilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap hadirat Ilahi Robbi yang membuktikan perintah dalam AGAMA maupun NEGARA.
Insyaflah hai murid-murid sekalian , janganlah erpaut oleh bujuan nafsu, terpengaruh oleh godaan syetan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah AGAMA maupun NEGARA, agar dapat meneliti diri, kalau-kalau tertarik oleh bisikan iblis selalu menyelinap dalam hati sanubari kita semua.
Lebih baik buktikanlah kebajikan yang timbul dari kesucian:
1. Terhadap  orang-orang yang lebih tinggi dari pada kita, baik dhohir maupun bathin, harus kita hormati, beitulah seharusnya hidup rukun, saling harga menghargai.
2. Terhadap  sesame yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah AGAMA dan NEGARA. Kalau tidak, kita terkena firmanNya “ADZABUN ALIM”, yang berarti duka nestapa untuk sela-lamanya dari DUNIA sampai AKHIRAT (badan susah, hati susah)
3. Terhadap orang-orang yang keadaanya dibawah kita, janganlah  hendak menghinanya atau berbuat tidak senonoh bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senantiasa dan gembira hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasihat yang lemah lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan
4. terhadap fakir miskin, harus kasih saying, ramah tamah serta bermanis bui, bersikap murah tanga, mencerminkan bahwa hati sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kudrat Tuhan.
Demikian sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran meskipun terhadap orang Asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam as mengingat Ayat 70 Surat Isro yang artinya:
Sangat Kami  muliakan Adam dan Kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, juga, Kami mengutamakan mereka lebih utama dari makhluk lainnya.
Kesimpulan dari ayat ini bahwa kita sekalian seharusnya saling harga-mengharagi, jangan timbul kekecewaan, mengingat Suart Al-Ma’ida, yang artinya:
Hendaklah tolong-menolong dengan sesame dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dnegan sungguh-sungguh terhadap Agama dan Negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permukaan terhadap perintah Agama maupun Negara.
Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat Suart Al-Kafirun ayat 6 : AGAMAMU UNTUK KAMU, AGAMAKU UNTUK AKU, maksudnya janganlah terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga-menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.
Cobalah renungkan pepatah leluhur kita: Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan kita sudah demikian, asti: “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna,” karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi  itu adalah  akibat dari amal perbuatan diri sendiri.
Dalam Surat An-Nahl Ayat 112 diterangkan bahwa:
Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan beberapa contoh, yakni tempat maupun kampong, desa maupun Negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya (penghuninya) mengingkari nikmat-nikmat Illah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri.
Oleh karena demikian,  hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala hal yang ditempuh, guna kebaikan dhohir –bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya : “BUDI UTAMA JASMANI SEMPURNA” (Cageur – Bageur).
Tidak lain amalan kita, THOREQAT QOODIRIYYAH NAQSYABANDIYAH, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebajikan, menjauhi segalah dlohir-bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya setan.
Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan DUNIA dan AKHIRAT.
A   m    i    n
Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan
(Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin)

Sumber dari : http://daikembar.com

Syekh Akbar Abdul Fatah, Cidahu Tasikmalaya Jawa Barat

Syekh Akbar Abdul Fatah, Cidahu Tasikmalaya Jawa Barat


“Si Linggis” dari Desa Cidahu

Ia adalah salah seorang wali besar di Tanah Jawa. Sejak muda ia sudah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya yang sangat tajam setiap kali mengkaji ilmu-ilmu agama dengan pendekatan tasawuf.

Di Desa Cidahu, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1884, lahirlah seorang jabang bayi yang kelak menjadi ulama besar. Orangtuanya memberinya nama Abdul Fatah. Sejak muda ia sudah tertarik pada kehidupan rohaniah dengan menimba ilmu tarekat pada K.H. Sudja’i, guru mursyid Tarekat Tijaniyah, selama tujuh tahun sejak 1903.
Selama menjadi santri, Abdul Fatah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya terhadap berbagai ilmu agama yang sangat tajam. Terutama ketika ia menganalisis dengan menggunakan ilmu nahu dan saraf dengan pendekatan tasawuf. Ia suka belajar dengan membaca berbagai kitab, sehingga beberapa pelajaran yang belum sempat disampaikan oleh gurunya sudah ia kuasai.
Suatu hari, ia membaca ayat 17 surah Al-Kahfi, “Barang siapa diberi hidayah oleh Allah, dia termasuk orang yang diberi petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, dia sekali-sekali tidak akan mendapatkan seorang wali yang mursyid.” Ia lalu bertanya kepada Kiai Sudja’i, “Siapakah wali mursyid yang dimaksud dalam ayat ini?” Kiai Sudja’i menjelaskan perihal wali mursyid sebagai guru tarekat, sementara mencari wali mursyid merupakan keharusan. Tapi, karena Kiai Sudja’i mengaku bukan wali mursyid, Abdul Fatah disarankan untuk mencari wali mursyidnya.
Maka berangkatlah Abdul Fatah mencari wali mursyid dengan mengunjungi para ulama di Jawa dan Sumatra. Karena belum menemukan, ia lalu mencarinya ke Timur Tengah, khususnya Mekah. Maka pada 1922 ia pun berangkatlah, dengan membawa seluruh anggota keluarganya. Sampai di Singapura, kapal yang mereka tumpangi rusak. Terpaksalah ia bermukim di Negeri Singa itu. Ia tinggal di Kampung Watu Lima, kemudian di Kampung Gelang Serai, selama lima tahun. Di sanalah ia, suatu hari, bertemu Syekh Abdul Alim Ash-Shiddiqy dan Syekh Abdullah Dagistani, yang mengajarkan Tarekat Sanusiyah.
Pada 1928, setelah memulangkan keluarganya ke Tasikmalaya, ia berangkat ke Mekah bersama beberapa jemaah haji Indonesia, seperti K.H. Toha dari Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, dan K.H. Sanusi dari Pesantren Syamsul Ulum, Gunungpuyuh, Sukabumi (lihat Alkisah edisi 17/III/2005, Khazanah). Selama di Mekah, Abdul Fatah bergabung dengan Zawiyah Sanusiyyah di Jabal Qubais, mengaji kepada Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi selama lima tahun.
Karena sangat alim, belakangan Abdul Fatah mendapat kepercayaan membaiat atau menalkin murid tarekat yang baru masuk. Selama belajar tarekat kepada Syekh Ahmad Syarif, ia sempat mengalami berbagai ujian. Suatu hari, ketika tengah mengajar, Syekh Ahmad Syarif mengamuk dalam majelisnya. Apa saja yang ada di dekatnya dilempar ke arah murid-muridnya. Semua muridnya lari berhamburan karena takut. Namun, ada seorang murid yang bergeming, tetap diam di tempat. Dialah Abdul Fatah.

Kursi Istimewa
Sebagai guru mursyid tarekat, Syekh Ahmad Syarif biasa duduk di kursi istimewa, dan tak seorang pun berani mendudukinya. Mengapa? Sebab, siapa yang berani mendudukinya, badannya akan hangus. Suatu hari Syekh Ahmad memerintahkan Abdul Fatah untuk menggantikannya mengajar. Maka dengan tenang Abdul Fatah duduk di kursi istimewa itu, tanpa ada kejadian apa pun yang mencelakakannya.
Akhirnya, pada suatu hari, Syekh Ahmad Syarif memanggilnya. Ia menceritakan, semalam Rasulullah SAW memerintahkan untuk melimpahkan kekhalifahan Tarekat Sanusiyah kepada Abdul Fatah Al-Jawi untuk dikembangkan di negerinya. Sejak itu Abdul Fatah mendapat gelar Syekh Akbar Abdul Fatah. Setelah itu, lebih kurang dua tahun kemudian, Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi pun wafat.
Pada 1930, Syekh Akbar Abdul Fatah pulang kampung dengan membawa ajaran Tarekat Sanusiyah, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Tarekat Idrisiyah karena tiga alasan. Pertama, untuk berlindung dari tekanan politik kaum kolonialis Belanda. Kedua, kandungan ajaran kedua aliran itu sama, karena Idrisiyah juga merupakan anak Tarekat Sanusiyah, yang sama-sama berguru kepada Syekh Ahmad bin Idris. Ketiga, untuk mendapatkan berkah Syekh Ahmad bin Idris atas keistimewaan lafaz zikirnya yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan Nabi Khidlir, yaitu Fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adada ma wasi’ahu ‘ilmullah.
Di Cidahu, Syekh Akbar Abdul Fatah menghadapi berbagai tantangan, baik dari penjajah Belanda maupun para jawara. Namun semua itu ia hadapi tanpa takut sedikit pun. Tiga tahun kemudian ia mulai mendirikan beberapa zawiah di beberapa tempat, terutama di Jawa Barat, masing-masing dilengkapi dengan sebuah masjid, Al-Fatah. Pada 1930, ia sempat berdakwah sampai ke Batavia, singgah di Masjid Kebon Jeruk, kini di kawasan Jakarta Kota. Ia juga sempat mengembangkan tarekat di Masjid Al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Suatu hari ia mengembangkan tarekat di Masjid Al-Falah di Batutulis, kini di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Di sana ia juga harus menaklukkan para jawara. Dan sejak itu syiar dakwah Islam terus berkembang. Banyak muridnya yang kemudian mewakafkan tanah untuk digunakan sebagai zawiah. Ia juga membangun sebuah asrama untuk tempat tinggal para santri dari jauh. Di tengah kesibukannya mengajar di Batavia, dua minggu sekali ia menyempatkan diri mengajar di kampung halamannya.
Pada 1940, karena pesantrennya di Cidahu sudah tidak bisa menampung jemaah, ia lalu memindahkannya ke Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya.
Sebagai wali, Syekh Akbar Abdul Fatah memiliki banyak karamah. Suatu hari, dalam perang kemerdekaan, pasukan Hizbullah, yang terdiri dari para santri pimpinan Syekh Akbar Abdul Fatah, dibombardir oleh pesawat Belanda. Namun, bom-bom itu tidak meledak. Apa pasal? Karena Syekh Akbar Abdul Fatah telah membekali para santrinya dengan air yang telah didoainya. “Air doa” sang wali inilah yang, atas izin Allah SWT, menangkal bom-bom penjajah kafir tersebut.

Perampok Arab
Suatu hari seorang nelayan terdampar sampai ke pantai Australia. Ia kemudian berdoa, “Ya Allah, mengapa Engkau asingkan aku yang lemah ini di sini? Padahal, aku hanya bermaksud mencari nafkah buat anak-istriku. Ya Allah, datangkanlah penolong.” Ketika itulah ia melihat seorang ulama bertubuh tinggi besar berpakaian serba putih. Tiba-tiba ia memindahkan perahu nelayan itu ke tempat asalnya. Setelah selamat, nelayan itu menawarkan ikan besar yang baru saja ditangkapnya kepada ulama penolongnya itu.
Dengan tersenyum, ulama tersebut berkata, “Aku tidak membutuhkan ikan itu. Jika engkau ingin menjumpaiku dan menjadi muridku, datanglah ke Pagendingan, Tasikmalaya.” Setelah itu ulama tinggi bear itu pun lenyap dari pandangan mata. Selang beberapa minggu kemudian, nelayan itu datang ke Pesantren Pagendingan. Di sana ia bertemu seorang ulama yang fisik dan gerak-geriknya persis seperti yang ia lihat di pantai Australia. Ia tiada lain adalah Syekh Akbar Abdul Fatah.
Karamah yang lain terjadi ketika Syekh Akbar Abdul Fatah berada di Mekah. Suatu hari ia ingin berziarah ke makam Rasulullah SAW di Medinah. Membawa bekal secukupnya, bersama beberapa kiai dari Jawa, ia berjalan kaki menuju Medinah. Di tengah perjalanan, rombongan itu diadang perampok bersenjata lengkap. Rombongan peziarah itu terkepung oleh perampok yang mengendarai kuda dengan menghunus pedang. Syekh Akbar lalu memerintahkan rombongannya melepaskan apa saja yang ada di tangannya ke kanan dan kiri, sebagai kepasrahan seorang hamba yang lemah tak berdaya.
Sambil melepaskan apa yang dimiliki, Syekh Akbar berteriak dengan suara lantang, ”Ash-shalatu was salamu ‘alaika ya Rasulallah! Qad Dhaqat hilati, adrikni ya Rasulallah!” (Selawat dan salam serajahtera atas Tuan, wahai Rasulullah! Mohon lenyapkan rintangan jalan kami menuju engkau, wahai Rasulullah!). Ajaib! Kontan para perampok itu berteriak-teriak kesakitan sambil memegang leher mereka, “Ampun ya Syekh Jawa, ampun ya Syekh Jawa! Panas, panas!”
Pemimpin perampok itu lalu minta maaf, mohon dibebaskan dari siksaan. Maka Syekh Akbar pun mendekati dan menepuk pundak para perampok itu satu per satu. Barulah rasa sakit karena panas tak terkirakan di tenggorokan itu reda. Seketika itu pemimpin perampok menyatakan bertobat, dan bersedia mengantarkan rombongan ke mana saja. “Kalian adalah bangsa Arab yang berdekatan dengan kampung Rasulullah SAW, sedangkan kami datang dari negeri yang sangat jauh – tapi demi berziarah kepada Rasulullah SAW. Tidakkah kalian malu melakukan hal yang tidak terpuji ini? Sudah sepantasnya kalian lebih berbangga daripada kami, karena negeri kalian dikunjungi banyak orang dari seluruh pelosok negeri.”

Syekh Akbar Abdul Fatah wafat pada 1947 dalam usia 63 tahun, dimakamkan dalam kompleks Pesantren Al-Fathiyah al-Idrisiyah, Jalan Raya Ciawi Km 8, Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sejak itu pemimpin Tarekat Idrisiyah diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Dahlan. Pada 11 September 2001 Syekh Dahlan wafat, dan tongkat kepemimpinan tarekat diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan. (***)Aji Setiawan

Syekh Hasanuddin

Syekh Hasanuddin: pendiri pesantren pertama di Jawa Barat

Menurut Babad Tanah Jawa, pesantren pertama di Jawa Barat adalah pesantren Quro yang terletak di Tanjung Pura, Karawang. Pesantren ini didirikan oleh Syekh Hasanuddin, seorang ulama dari Campa atau yang kini disebut Vietnam, pada tahun 1412 saka atau 1491 Masehi. Karena pesantrennya yang bernama Quro, Syekh Hasanuddin belakangan dikenal dengan nama Syekh Quro.

Syekh Quro atau Syekh Hasanuddin adalah putra Syekh Yusuf Sidik. Awalnya, Syekh Hasanuddin datang ke Pulau Jawa sebagai utusan. Ia datang bersama rombongannya dengan menumpang kapal yang dipimpin Laksamana Cheng Ho dalam perjalanannya menuju Majapahit.

Dalam pelayarannya, suatu ketika armada Cheng Ho tiba di daerah Tanjung Pura Karawang. Sementara rombongan lain meneruskan perjalanan, Syekh Hasanuddin beserta para pengiringnya turun di Karawang dan menetap di kota ini.

Di Karawang, Syekh Hasanuddin menikah dengan gadis setempat yang bernama Ratna Sondari yang merupakan puteri Ki Gedeng Karawang. Di tempat inilah, Syekh Hasanuddin kemudian membuka pesantren yang diberi nama Pesantren Quro yang khusus mengajarkan Alquran. Inilah awal Syekh Hasanuddin digelari Syekh Quro atau syekh yang mengajar Alquran.

Dari sekian banyak santrinya, ada beberapa nama besar yang ikut pesantrennya. Mereka antara lain Putri Subang Larang, anak Ki Gedeng Tapa, penguasa kerajaan Singapura, sebuah kota pelabuhan di sebelah utara Muarajati Cirebon. Puteri Subang Larang inilah yang kemudian menikah dengan Prabu Siliwangi, penguasa kerajaan Sunda Pajajaran.

Kesuksesan Syekh Hasanuddin menyebarkan ajaran Islam adalah karena ia menyampaikan ajaran Islam dengan penuh kedamaian, tanpa paksaan dan kekerasan. Begitulah caranya mengajarkan Islam kepada masyarakat yang saat itu berada di bawah kekuasaan raja Pajajaran yang didominasi ajaran Hindu.

Karena sifatnya yang damai inilah yang membuat Islam diminati oleh para penduduk sekitar. Tanpa waktu lama, Islam berkembang pesat sehingga pada tahun 1416, Syekh Hasanuddin kemudian mendirikan pesantren pertama di tempat ini.

Ditentang penguasa Pajajaran
Berdirinya pesantren ini menuai reaksi keras dari para resi. Hal ini tertulis dalam kitab Sanghyang Sikshakanda Ng Kareksyan. Pesatnya perkembangan ajaran Islam membuat para resi ketakutan agama mereka akan ditinggalkan.

Berita tentang aktivitas dakwah Syekh Quro di Tanjung Pura yang merupakan pelabuhan Karawang rupanya didengar Prabu Angga Larang. Karena kekhawatiran yang sama dengan para resi, ia pernah melarang Syekh Quro untuk berdakwah ketika sang syekh mengunjungi pelabuhan Muara Jati di Cirebon.

Sebagai langkah antisipasi, Prabu Angga Larang kemudian mengirimkan utusan untuk menutup pesantren ini. Utusan ini dipimpin oleh putera mahkotanya yang bernama Raden Pamanah Rasa. Namun baru saja tiba ditempat tujuan, hati Raden Pamahan Rasa terpesona oleh suara merdu pembacaan ayat-ayat suci Alquran yang dilantunkan Nyi Subang Larang.

Putra mahkota yang setelah dilantik menjadi Raja Pajajaran bergelar Prabu Siliwangi itu dengan segera membatalkan niatnya untuk menutup pesantren tersebut. Ia justru melamar Nyi Subang Larang yang cantik. Lamaran tersebut diterima oleh Nyi Santri dengan syarat maskawinnya haruslah Bintang Saketi, yaitu simbol "tasbih" yang ada di Mekah.

Pernikahan antara Raden Pamanah Rasa dengan Nyi Subang Karancang pun kemudian dilakukan di Pesantren Quro atau yang saat ini menjadi Masjid Agung Karawang. Syekh Quro bertindak sebagai penghulunya.

Menyebar santri untuk berdakwah
Tentangan pemerintah kerajaan Pajajaran membuat Syekh Quro mengurangi intensitas pengajiannya. Ia lebih memperbanyak aktivitas ibadah seperti shalat berjamaah.

Sementara para santrinya yang berpengalaman kemudian ia perintahkan untuk menyebarkan Islam ke berbagai kawasan lain. Salah satu daerah tujuan mereka adalah Karawang bagian Selatan seperti Pangkalan lalu ke Karawang Utara di daerah Pulo Kalapa dan sekitarnya.

Dalam penyebaran ajaran Islam ke daerah baru, Syekh Quro dan para pengikutnya menerapkan cara yang unik. Antara lain sebelum berdakwah menyampaikan ajaran Islam, mereka terlebih dahulu membangun Masjid. Hal ini dilakukan Syekh Quro mengacu pada langkah yang dicontohkan Rasulullah SAW ketika berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Saat itu beliau terlebih dahulu membangun Masjid Quba.

Cara lainnya, adalah dengan menyampaikan ajaran Islam melalui pendekatan dakwah bil hikmah. Hal ini mengacu pada AlQuran surat An Nahl ayat 125, yang artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."

Sebelum memulai dakwahnya, Syekh Quro juga telah mempersiapkan kader-kadernya dengan pemahaman yang baik soal masyarakat setempat. Ini dilakukan agara penyebaran agamanya berjalan lancar dan dapat diterima oleh masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi kesuksesan dakwah Syekh Quro yang sangat memperhatikan situasi kondisi masyarakat serta sangat menghormati adat istiadat penduduk yang didatanginya.

Selama sisa hidup hingga akhirnya meninggal dunia, Syekh Quro bermukim di Karawang. Ia dimakamkan di Desa Pulo Kalapa, Kecamatan Lemah Abang, Karawang. Tiap malam Sabtu, makam ini dihadiri ribuan peziarah yang datang khusus untuk menghadiri acara Sabtuan untuk mendoakan Syekh Quro.

Belakangan masjid yang dibangun oleh Syekh Quro di pesantrennya, kemudian direnovasi. Namun bentuk asli masjid -- berbentuk joglo beratap dua limasan, menyerupai Masjid Agung Demak dan Cirebon -- tetap dipertahankan.

Sumber : http://bambang-gene.blogspot.com
Share
Facebook

Popular Posts