Menelusurii
saluran irigasi dari sungai Citarum kita bisa menatap sepanjang mata
memandang persawahan yang mulai menghijau dengan para petani yang
sedang bercocok tanam diiringi kepak sayap burung belibis, bangau serta
celoteh bebek yang sedang mencari makan. Pesona Jawa Mengajak teman
teman untuk untuk menelusuri jejak peninggalan. situs Batu Jaya komplek
candi Buddhistik di pesisir utara Karawang. Kita bisa menyaksikan
proses ekskavasi dimana candi yang semula berada di bawah tanah mulai
di bersihkan dan di rekontruksi kembali layaknya arkeolog.
Sekilas tentang situs batu Jaya
Situs
Batujaya secara administratif terletak di dua wilayah desa, yaitu Desa
Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya
di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya ini diperkirakan
sekitar lima km2. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah
persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk dan tidak berada
jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (pantai Ujung Karawang).
Batujaya kurang lebih terletak enam kilometer dari pesisir utara dan
sekitar 500 meter di utara Ci Tarum. Keberadaan sungai ini memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap keadaan situs sekarang karen tanah
di daerah ini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim
kemarau atau pun pada musim hujan.
Situs
Batujaya pertama kali diteliti oleh tim arkeologi Fakultas Sastra
Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada
tahun 1984 berdasarkan laporan adanya penemuan benda-benda purbakala di
sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah.
Gundukan-gundukan ini oleh penduduk setempat disebut sebagai onur atau
unur dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Terdapat 17 unur pada lokasi
ini, satu diantaranya sudah selesai di ekskavasi yakni Candi Jiwa
sedangkan yang dalam tahap ekskavasi hingga artikel ini dibuat
dinamakan Candi Blandongan. Unur-unur lain benar-benar masih dalam
bentuk gundukan tanah, beberapa diantaranya telah meiliki nama: Serut,
Gundul, Damar, Batu Lingga, Lingga dan Lempeng. Kesengajaan membiarkan
candi-candi tersebut masih dalam gundukan tanah atau unur, dikarenakan
untuk terhindar dari pencurian/perampokan benda-benda cagar budaya oleh
masayarakat. Dengan membiarkannya dalam bentuk gundukan tanah,
setidaknya akan mempersulit seseorang untuk mengambil benda-benda cagar
budaya, karena harus menggali terlebih dahulu.
Selain
dalam bentuk candi juga ditemukan pula sebuah sumur tua yang lokasinya
tidak jauh dari lokasi Candi Blandongan dan sudah dinaungi cungkup
diatasnya. Dibagian lain juga ditemukan sebuah batu pipih besar yang
diperkirakan akan dipakai sebagai tempat penulisan prasasasti, namun
entah karena faktor apa hingga kini tidak ada satu tulisanpun yang
terukir dibatu tersebut. Dugaan yang timbul, mungkin telah terjadi
bencana alam atau peperangan, sehingga batu pipih tersebut masih polos
dari prasasti/tulisan.
Penanggalan
Berdasarkan
analisis radiometri Carbon 14 pada artefak-artefak peninggalan di
candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa
kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling
muda berasal dari abad ke-12.
Di
samping pertanggalan absolut di atas ini, pertanggalan relatif
berdasarkan bentuk paleografi tulisan beberapa prasasti yang ditemukan
di situs ini dan cara analogi dan tipologi temuan-temuan arkeologi
lainnya seperti keramik China, gerabah, votive tablet, lepa (pleister),
hiasan dan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu.
Misteri
Sebuah
cerita misteri ikut mewarnai candi-candi ini. Terdapat peraturan tak
tertulis pada lokasi ini bahwa pengunjung dilarang membawa pulang
batu-batuan yang merupakan bagian dari badan candi. Terkadang meskipun
sudah ada larangan tersebut, masih ada saja pengunjung yang iseng
membawa pulang beberapa buah batu untuk dijadikan
jimat/penglaris/sarana untuk memajukan usahanya. Namun beberapa hari
kemudian pengunjung tersebut kembali lagi kelokasi candi untuk
mengembalikan batu yang telah mereka ambil, karena tidak tahan
menghadapi "gangguan-gangguan" yang dialaminya. (dari berbagai sumber)
Pernak pernik peninggalan di situs batu jaya
No comments:
Post a Comment